Teriak = marah atau ...

Masih ingatkah waktu adek bayi keluar melihat dunia untuk pertama kalinya. Orangtua begitu bahagia tak terasa titik air mata menetes melihat si jabang bayi begitu sempurna, dan tiba dengan selamat di dunia untuk menjalankan sebuah "mandat".

Waktu begitu cepat berlalu, mulai dari tangan dan kaki mungil yang tidak bisa apa-apa menjadi alat yang hampir mendekati sempurna. Memungkinkan ia untuk bergerak leluasa. Meraba, merasa, memegang, menendang.

Suatu ketika, sadar orangtua keliatan kehilangan kontrol atas anak-anaknya atau orangtuanya yang protective karena anaknya ingin ini itu?. Bentuk yang kulihat adalah bentakan, teriakan, omelan, bahkan anak yang belum tau ini apa itu apa, omelan dan teriakan itupun tetep ada..... Dan anakpun hanya bisa menangis setelahnya.

Hal itu kadang dibenarkan menurut pandangan orangtua,.Hati kecilku berkata laen. Aku yakin orangtua pun akan intropeksi setelahnya (teriakan, omelan). "Apakah betul apa yang kalakukan? Bagaimana bisa aku berbuat begini?".

Bagaimanapun juga, anak itu amanat Alloh untuk senantiasa kita jaga, arahkan, sampe bener-bener kuat pondasinya. Orangtua pun harus pintar- pintar untuk memaksimalkan segala bentuk pengajaran kepada anak.

Anakku, maafkan aku.

March 23, 2012

No comments:

Post a Comment

Thank you, your critique has been accepted